Sabtu, 03 Desember 2016

Titip Rindu Untuk Ayah


 By : Khairunnisa Harahap

Ya, Gak terasa udah 2 tahun aja ayah pergi dari dunia ini, ayah meninggal ketika umurku 17 tahun, gak pernah bayangin ayah bakal pergi secepat itu. Setelah ayah pergi aku melewati fase tumbuh tambah seorang ayah yang melindungiku. Suatu hal yang ternyata cukup berat untuk dijalani.
Ayah di mata saya adalah seorang laki-laki yang tangguh. Memiliki istri yang selalu mendukungnya dalam keadaan apapun. Butuh karakter yang tangguh untuk melewati segala masalah yang ada di dunia ini. Dan ayah memilikinya. Terlalu tangguh, hingga apapun masalah hanya beliau tumpuk di ruang hatinya. Terlalu tangguh, hingga memiliki pola hidup sehat pun tidak digubrisnya. Memperhatikan pola makan anak-anak, tanpa memperhatikan pola makan diri sendiri. Membahagiakan anak-anak, tanpa peduli batin sendiri. Yang penting anak-anak sehat. Yang penting anak-anak bahagia. Mungkin waktu itu ayah tidak mengerti, anak-anak  juga membutuhkan ayahnya untuk selalu sehat dan bahagia.
Ketika pola makan tidak teratur dan stress menjadi irama tetap kehidupan ayah, ayah mengalami penurunan fisik, selalu merasa kembung, dan sering merasa pusing. Namun, ayah pergi bukan karena sakit, Ayah mengalami kecelakaan saat pulang dari kantor dan menyebabkan dia harus kehilangan nyawanya, Saya tidak ingin menyalahkan apa yang sudah menjadi kehendak Allah karena saya yakin Allah lebih menyayangi ayah dibanding kami anak dan isterinya. Tapi saya kira, selalu ada hikmah yang bisa diambil dari setiap peristiwa.
Saya mengalami suatu proses yang tidak enak tumbuh tanpa seorang ayah. Bahkan di usia yang ke 19, setelah kurang lebih 2 tahun dilatih menjadi seorang perempuan mandiri, ada kalanya saya merasa tersiksa karena tidak memiliki seorang ayah. Saya iri saat teman di kampus menceritakan tentang rasa bangganya terhadap ayahnya, saya iri ketika melihat salah seorang teman di antar ayahnya ke kampus. Sebagai seorang yang mengenal anaknya  semenjak lahir, biasanya ayah tidak akan salah memilih untuk tempat pendidikan anaknya  bukan ? biasanya ayah lah yang selalu setia ada disamping kita untuk menemani kita untuk mendaftar di kampus impian kita. Saya iri melihat orang-orang yang selalu di dampingi ayahnya saat mengurus apapun yang berhubungan dengan pendidikan anaknya. Orang mungkin tidak tahu betapa hal-hal kecil itu justru memperbesar arti kehadiran seorang ayah untuk anaknya. Father knows best.

Seiring berjalannya waktu, aku mulai terbiasa dengan keadaan ini. Tidak ada pilihan inilah jalan yang harus ku pilih, karena Allah pasti memberikan jalan terbaik untukku. Sampai jumpa di surga yah, tunggu kami anak-anak dan isterimu.



Dina Rahmayuni 
Shinta Dwi Uljanah 

0 komentar:

Posting Komentar

 

Sang Pemimpi Template by Ipietoon Cute Blog Design