Ya, Gak terasa udah 2 tahun aja ayah pergi dari dunia
ini, ayah meninggal ketika umurku 17 tahun, gak pernah bayangin ayah bakal pergi
secepat itu. Setelah ayah pergi aku melewati fase tumbuh tambah seorang ayah
yang melindungiku. Suatu hal yang ternyata cukup berat untuk dijalani.
Ayah di mata saya adalah seorang laki-laki yang
tangguh. Memiliki istri yang selalu mendukungnya dalam keadaan apapun. Butuh
karakter yang tangguh untuk melewati segala masalah yang ada di dunia ini. Dan
ayah memilikinya. Terlalu tangguh, hingga apapun masalah hanya beliau tumpuk di
ruang hatinya. Terlalu tangguh, hingga memiliki pola hidup sehat pun tidak
digubrisnya. Memperhatikan pola makan anak-anak, tanpa memperhatikan pola makan
diri sendiri. Membahagiakan anak-anak, tanpa peduli batin sendiri. Yang penting
anak-anak sehat. Yang penting anak-anak bahagia. Mungkin waktu itu ayah tidak
mengerti, anak-anak juga membutuhkan ayahnya untuk selalu sehat dan
bahagia.
Ketika pola makan tidak teratur dan stress menjadi
irama tetap kehidupan ayah, ayah mengalami penurunan fisik, selalu merasa kembung,
dan sering merasa pusing. Namun, ayah pergi bukan karena sakit, Ayah mengalami
kecelakaan saat pulang dari kantor dan menyebabkan dia harus kehilangan
nyawanya, Saya tidak ingin menyalahkan apa yang sudah menjadi kehendak Allah
karena saya yakin Allah lebih menyayangi ayah dibanding kami anak dan isterinya.
Tapi saya kira, selalu ada hikmah yang bisa diambil dari setiap peristiwa.
Saya mengalami suatu proses yang tidak enak tumbuh
tanpa seorang ayah. Bahkan di usia yang ke 19, setelah kurang lebih 2 tahun
dilatih menjadi seorang perempuan mandiri, ada kalanya saya merasa tersiksa karena
tidak memiliki seorang ayah. Saya iri saat teman di kampus menceritakan tentang
rasa bangganya terhadap ayahnya, saya iri ketika melihat salah seorang teman di
antar ayahnya ke kampus. Sebagai seorang yang mengenal anaknya semenjak
lahir, biasanya ayah tidak akan salah memilih untuk tempat pendidikan anaknya bukan ? biasanya ayah lah yang selalu setia
ada disamping kita untuk menemani kita untuk mendaftar di kampus impian kita.
Saya iri melihat orang-orang yang selalu di dampingi ayahnya saat mengurus
apapun yang berhubungan dengan pendidikan anaknya. Orang mungkin tidak tahu
betapa hal-hal kecil itu justru memperbesar arti kehadiran seorang ayah untuk
anaknya. Father knows best.
Seiring
berjalannya waktu, aku mulai terbiasa dengan keadaan ini. Tidak ada pilihan
inilah jalan yang harus ku pilih, karena Allah pasti memberikan jalan terbaik untukku.
Sampai jumpa di surga yah, tunggu kami anak-anak dan isterimu.
Dina Rahmayuni
Shinta Dwi Uljanah
Dina Rahmayuni
Shinta Dwi Uljanah
0 komentar:
Posting Komentar